Merasa Diawasi Allah
Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam mengingatkan kita untuk senantiasa bertakwa kepada Allah, baik ketika dilihat orang lain ataupun ketika bersendirian. Dari Usamah bin Syarik radhiyallahu ‘anhu, Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda,
مَا كَرِهَ اللَّهُ مِنْكَ شَيْئًا، فَلَا تَفْعَلْهُ إِذَا خَلَوْتَ
“Segala perbuatan yang Allah benci dari dirimu untuk dilakukan, maka janganlah kamu lakukan hal tersebut ketika kamu bersendirian.“ (HR. Ibnu Hibban no. 403 dan Adh–Dhiyaa’ dalam Al–Mukhtarat no. 1393. Al-Albani menyatakan hasan lighairihi. Lihat As–Silsilah As-Shahihah no. 1055)
Hal ini karena jiwa manusia itu menjadi lemah ketika dalam kondisi bersendirian, sehingga terdorong serta lebih berani untuk melakukan kemaksiatan ketika itu. Karena pada saat itu, tidak ada orang lain yang melihatnya.
Keyakinan bahwa Allah senantiasa melihat seorang hamba dan juga mengawasi gerak-gerik dirinya merupakan penghalang terbesar dari bermaksiat kepada-Nya. Dia senantiasa ingat bahwa tidak ada sesuatu pun yang tersembunyi dari-Nya. Bahkan, hampir dalam setiap lembaran mushaf Al-Quran yang mulia terdapat ancaman yang besar dan peringatan yang tegas tentang hal ini, di antaranya firman Allah Ta’ala berikut ini,
وَهُوَ بِكُلِّ شَيۡءٍ عَلِيم
“Dan Dia Maha Mengetahui segala sesuatu.” (QS. Al-Baqarah: 29)
وَٱللَّهُ بِمَا تَعۡمَلُونَ خَبِير
“Allah mengetahui apa yang kamu perbuat.” (QS. Al-Baqarah: 234)
وَٱللَّهُ يَعۡلَمُ مَا تُسِرُّونَ وَمَا تُعۡلِنُونَ
“Dan Allah mengetahui apa yang kamu rahasiakan dan apa yang kamu tampakkan.” (QS. An-Nahl: 19)
وَمَا تَسۡقُطُ مِن وَرَقَةٍ إِلَّا يَعۡلَمُهَا
“Dan tiada sehelai daun pun yang gugur, melainkan Dia mengetahuinya (pula).” (QS. Al-An’am: 59)
وَلَقَدۡ خَلَقۡنَا ٱلۡإِنسَٰنَ وَنَعۡلَمُ مَا تُوَسۡوِسُ بِهِۦ نَفۡسُهُۥۖ
“Dan sesungguhnya Kami telah menciptakan manusia dan mengetahui apa yang dibisikkan oleh hatinya.” (QS. Qaf: 16)
وَٱعۡلَمُوٓاْ أَنَّ ٱللَّهَ يَعۡلَمُ مَا فِيٓ أَنفُسِكُمۡ فَٱحۡذَرُوهُۚ
“Dan ketahuilah bahwasanya Allah mengetahui apa yang ada dalam hatimu, maka takutlah kepada-Nya.” (QS Al-Baqarah: 235)
وَمَا تَكُونُ فِي شَأۡن وَمَا تَتۡلُواْ مِنۡهُ مِن قُرۡءَان وَلَا تَعۡمَلُونَ مِنۡ عَمَلٍ إِلَّا كُنَّا عَلَيۡكُمۡ شُهُودًا إِذۡ تُفِيضُونَ فِيهِۚ
“Kamu tidaklah berada dalam suatu keadaan dan tidak membaca suatu ayat dari Al-Quran dan kamu tidak mengerjakan suatu pekerjaan, melainkan Kami menjadi saksi atasmu di waktu kamu melakukannya.” (QS. Yunus: 61)
Hendaknya seseorang menyadari dan waspada bahwa keadaannya itu seperti orang-orang yang Allah sebutkan dalam firman-Nya,
يَسْتَخْفُونَ مِنَ النَّاسِ وَلاَ يَسْتَخْفُونَ مِنَ اللّهِ وَهُوَ مَعَهُمْ إِذْ يُبَيِّتُونَ مَا لاَ يَرْضَى مِنَ الْقَوْلِ
“Mereka bersembunyi dari manusia, tetapi mereka tidak bersembunyi dari Allah. Padahal Allah beserta mereka, ketika pada suatu malam mereka menetapkan keputusan rahasia yang Allah tidak ridai.” (QS An-Nisaa’: 108)
Sekali lagi, tidak ada seorang pun yang tersembunyi dari Allah. Sesuatu yang tersembunyi di malam hari, baik di tempat yang tersembunyi atapun tampak, semuanya sama saja bagi Allah. Allah Ta’ala berfirman,
يَعۡلَمُ خَآئِنَةَ ٱلۡأَعۡيُنِ وَمَا تُخۡفِي ٱلصُّدُورُ
“Dia mengetahui (pandangan) mata yang khianat dan apa yang disembunyikan oleh hati.” (QS. Ghafir: 19)
Ibnu Katsir rahimahullah berkata tentang makna ayat ini, “Allah menginformasikan tentang ilmunya yang sempurna yang meliputi segala sesuatu, baik yang tampak maupun yang tersembunyi, baik yang kecil maupun yang besar. Semua Allah ketahui secara rinci dan mendetail agar manusia waspada bahwa Allah mengetahui juga kondisi mereka. Maka milikilah sikap malu kepada Allah dan bertakwalah kepada Allah dengan sungguh-sungguh dan hendaknya merasa selalu diawasi oleh Allah yang melihat dirinya. Allah Ta’ala mengetahui pandangan khianat dan yang menjaga amanat, dan Allah mengetahui berbagai rahasia dan yang tersembunyi di dalam hati.” (Tafsir Ibnu Katsir, 7: 137)
Betapa banyak kita jumpai ayat Al-Quran yang menyebutkan suatu amal dan balasannya, kemudian ditutup dengan menyebutkan bahwa ilmu Allah itu senantiasa meliputi semuanya. Hal ini bertujuan agar hati manusia itu waspada dan menaruh perhatian untuk menyempurnakan dan memperbaiki hatinya, sehingga dia senantiasa memiliki rasa harap (ar-raja’) dan takut (al-khauf).
Ibnu Abid Dunya meriwayatkan dalam Az-Zuhud (no. 137), “Dahulu, (materi) dakwah Bakr bin ‘Abdillah al-Muzanny kepada orang yang berjumpa dengannya adalah dengan mengatakan kepada mereka, “Semoga Allah menjadikan kita memiliki sifat zuhud terhadap perbuatan haram dan dosa ketika bersendirian. Ketahuilah bahwa Allah melihatnya, maka tinggalkanlah.“
Ini adalah kedudukan yang agung dalam sikap zuhud, yaitu seseorang meninggalkan dosa dalam keadaan bersendirian karena takut kepada azab dan hukuman Allah, bukan karena riya’ dan sum’ah. Dia melakukannya hanya karena Allah semata. Sehingga hal ini merupakan di antara bentuk ibadah paling agung yang dilakukan oleh seorang hamba kepada Rabbnya.
Abu Hatim Al-Busty mengatakan, “Poros ketaatan seseorang di dunia ini adalah memperbaiki hati dan meninggalkan hal-hal yang merusak hati. Wajib bagi orang yang berakal untuk perhatian dan semangat dalam memperbaiki hatinya, baik ketika di hadapan orang lain maupun ketika sendirian, baik ketika bergerak ataupun diam, karena hilangnya waktu dan penyebab penderitaan tidaklah terjadi kecuali dengan rusaknya hati.“ (Raudhatul ‘Uqola’ wa Nazhatu al–Fudholaa, hal. 27)
Malik bin Dinar berkata, “Sesungguhnya hati orang yang baik senantiasa sibuk dengan amal kebaikan. Adapun hati orang fajir itu senantiasa sibuk dengan amal keburukan. Sesungguhnya Allah melihat keinginan yang ada di hati kalian. Maka senantiasa perhatikanlah hal tersebut, semoga Allah merahmati kalian.“ (HR. Ibnu Abid Dunya dalam Al–Hamm wal Hazn no. 112. Lihat dalam Raudhatul ‘Uqola’ wa Nuzhatu al–Fudholaa’ hal. 27)
Maksudnya, kita harus senantiasa ingat bahwa Rabbul ‘alaamin senantiasa mengetahui dan mengawasi keinginan hati kita. Oleh karena itu, hendaknya seorang hamba berusaha untuk memperbaiki keinginan hatinya dan menjadikan keinginan hatinya hanya satu, yaitu untuk mendapatkan kebahagiaan akhirat dengan meraih rida Allah.
Dari sahabat ‘Abdullah bin Mas’ud radhiyallahu ‘anhu, beliau berkata, “Aku mendengar Nabi kalian shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda,
مَنْ جَعَلَ الْهُمُومَ هَمًّا وَاحِدًا هَمَّ الْمَعَادِ كَفَاهُ اللَّهُ هَمَّ دُنْيَاهُ وَمَنْ تَشَعَّبَتْ بِهِ الْهُمُومُ فِي أَحْوَالِ الدُّنْيَا لَمْ يُبَالِ اللَّهُ فِي أَيِّ أَوْدِيَتِهِ هَلَكَ
“Barangsiapa menjadikan segala macam keinginannya hanya satu, yaitu keinginan tempat kembali (negeri akhirat), niscaya Allah akan mencukupkan baginya keinginan dunianya. Dan barangsiapa yang keinginannya beraneka ragam pada urusan dunia, maka Allah tidak akan mempedulikan di manapun dia binasa.” (HR. Ibnu Majah no. 4106)
Sumber: muslim.or.id
Komentari Tulisan Ini
Tulisan Lainnya
Fakta Mengenai Makam Nabi Muhammad SAW
Belum banyak yang tahu kalau makam Nabi Muhammad merupakan makam dengan lapisan segel paling ketat di dunia. Mari kita bahas Nabi Muhammad wafat di rumah Aisyah dan dimakamkan persis
Haruskah kita merayakan Hari Pria Internasional? Sejarah, Kontroversi, dan Maknanya
Setiap Tahun Pada Tanggal 19 November, Hari Pria Internasional (HPI) Dirayakan Di Seluruh Dunia. Banyak orang akan bertanya-tanya mengapa pria perlu merayakan hari kesadaran ke
Hari Pelajar Internasional
Hari Pelajar Internasional diperingati pada tanggal 17 November. Pada hari ini, kita mengenang keberanian ribuan pelajar di Praha yang berjuang demi kebanggaan nasional dan hak atas p
Kisah Juraij, Ahli Ibadah yang Justru Durhaka kepada Ibunya
Kisah Juraij merupakan cerita yang sarat akan pelajaran berharga tentang hubungan antara seorang anak dan orang tuanya. Juraij, seorang ahli ibadah yang hidup pada masa Bani Israil, ter
Kisah Urwah bin Zubair yang Membuat Kita Semakin Tabah Menjalani Hidup
Hisyam, putra Urwah bin Zubair meriwayatkan bahwa pada suatu hari ayahnya pergi mendatangi Al Walid bin Abdil Malik. Ketika sampai di Wadil Qura, dia merasakan rasa nyeri di kakinya. Ke
Al-Khawarizmi: Bapak Matematika Dunia dan Penemu Angka Nol
Muhammad bin Musa Al-Khawarizmi, lahir sekitar tahun 780 M di Khawarizm (sekarang Uzbekistan), adalah salah satu ilmuwan Muslim paling berpengaruh di dunia. Karyanya mencakup bidang mat
Pelajaran dari Luqmanul Hakim kepada Anaknya
Luqmanul Hakim merupakan salah satu sosok yang namanya diabadikan dalam Al-Quran karena kebijaksanaannya yang luar biasa. Ia bukan seorang nabi, namun Allah SWT menganugerahkan kepadany
Di Balik Sosok Khalid bin Walid yang Kebal Terhadap Racun
Khalid bin Walid adalah salah satu tokoh besar dalam sejarah Islam yang dikenal karena kegigihannya di medan perang. Ia diberi julukan Saifullah atau Pedang Allah oleh Nabi Muhammad SAW
Hari Palang Merah Indonesia, 3 September atau 17 September?
Kawula Muda, ada yang bisa bedainnya? Hari Palang Merah Indonesia (PMI) diperingati setiap 3 September. Tapi, enggak hanya 3 September, 17 September juga dirayakan sebagai Hari Pal
Teaching Factory/TEFA
Pembelajaran teaching factory adalah metode pembelajaran berpusat produksi atau jasa yang menyelaraskan pengajaran dan pelatihan (praktek) yang berdasar pada prosedur dan stan