Lebaran Tetap Jaga Ketakwaan
Makan ketupat di hari raya
Duduk bersama saling memaafkan
Ramadhan berlalu meninggalkan kita
Jangan kendor kawal ketakwaan
Cakeppp!
Teman Surga di manapun berada, selamat berlebaran ya. Taqabbalallahu minna wa minkum wa takobbal ya kariim. Semoga Allah Swt menerima amal ibadah serta mengampuni dosa-dosa kita. Kemudian memudahkan jalan kita di sebelas bulan berikutnya untuk menjadi hamba yang lebih baik lagi hingga kembali berjumpa dengan Ramadhan yang mulia. Aamiin!
Betewe, Ramadhan memang sudah berlalu, tapi ketakwaan tetap harus ketat dalam kawalan. Jangan sampai gelar takwa yang kita perjuangkan turut sirna bersamaan dengan usainya momen Ramadhan. Duh, rugi banget. So, tetap semangat menjaga takwa hingga ketemu Ramadhan berikutnya adalah pilihan tepat. Yuk bisa, yuk! Bissmillah!
Reminder, Ramadhan Momen Latihan
Kita udah paham banget, bahwa ending dari Ramadhan adalah untuk memperoleh gelar takwa. Hal ini sudah dimention sama Allah SWT pada QS. Al-Baqarah ayat 183. Takwa itu sendiri maknanya adalah tunduk secara totalitas kepada Allah Swt. Menjalankan segala perintah Allah Swt dan menjauhi semua larangan-Nya. Selalu merasa diawasi oleh Allah Swt di manapun, kapanpun, dan dengan siapapun berada. Baik dalam keramaian atau sendirian, selalu sadar bahwa Allah Swt senantiasa melihat. Sehingga tidak ada kesempatan untuk menjalin keakraban dengan kemaksiatan. Begitu!
Nah, untuk melatih ketakwaan ini Allah Swt berikan waktu istimewa selama sebulan penuh di bulan Ramadhan. 29-30 hari adalah waktu yang sangat cukup bagi kita untuk melatih suatu kebiasaan atau habits. Habits yang mau dilatih selama Ramadhan adalah habits takwa. Habits dalam menjalankan perintah Allah Swt dan menjauhi larangan-Nya.
Pada siang hari kita berpuasa. Panas terik tak jadi persoalan. Air segar di dalam kulkas tak mempan jadi godaan. Meski sendirian, tak ada yang melihat, tetap kita jaga puasa. Setetes pun tak akan kita telan air dingin yang sangat menggoda itu. Kita tahan sampai azan maghrib berkumandang. Kenapa? Karena takwa. Kita takut dosa dan kita inginkan pahala. Karena itu kita tetap berpuasa meski godaan ada di mana-mana. Benar begitu, kan?
Pada malam harinya pula, kita melaksanakan salat tarawih. Dilanjutkan dengan tilawah quran. Bahkan banyak di antara kita yang khatam lebih dari sekali selama Ramadhan. Semakin dekat dan akrab dengan kalam-Nya. Terus berpacu dengan waktu, berlomba-lomba mengejar ampunan-Nya. Plus mengharapkan pahala berlipat ganda yang Allah Swt janjikan. Maa syaallah!
Semua aktivitas selama Ramadhan kita tunaikan penuh suka cita. Di hari pertama, mungkin masih terpaksa. Menahan lapar, haus, ngantuk, dan sebagainya. Tapi di hari-hari berikutnya, kita sudah mulai terbiasa. Bahkan merasakan kenyamanan dan enggan berpisah dengan Ramadahan. Vibesnya adem gitu selama Ramadhan. Ada yang merasakan hal serupa? Artinya habits selama Ramadhan sudah terbentuk. Inilah esensi dari Ramadhan, momen untuk kita melatih ketakwaan.
”Wahai orang-orang yang beriman diwajibkan atas kamu berpuasa sebagaimana diwajibkan atas orang-orang sebelum kamu agar kamu bertaqwa.” [QS. Al Baqarah: 183]
Takwa Dalam Semua Perkara
Berikutnya, kita mesti menaikkan taraf ketakwaan. Bukan hanya sebatas ibadah ritual, tetapi kudu takwa di segala sisi kehidupan. Dalam perkara makanan di prasmanan, kita bisa saja memilih dan memilah. Tapi jika berbicara soal ketakwaan, maka tidak ada pilihan kecuali taat secara totalitas. Bahasa lainnya adalah kaffah.
Hal ini sudah disebutkan oleh Allah Swt dalam Al Qur’an. Bahwa berislam itu harus dalam semua perkara. Baik dalam perkara hubungannya dengan Allah Swt, dengan diri sendiri, maupun dengan sesama manusia. Semuanya wajib terikat dengan rambu-rambu islam. Inilah ketakwaan yang sempurna.
So, enggak ada ceritanya pada siang hari bepuasa dan menahan segala rupa kemaksiatan. Pas malam harinya merasa bebas mau ngapain aja karena uda buka puasa. Begitupun, usai Ramadhan. Bukan berarti berhenti beramal soleh karena sudah usai Ramadhannya. Semestinya, habits takwa selama Ramadhan menjadi aktivitas harian kita hingga jumpa pada Ramadhan yang akan datang. Tetap jaga salatnya, tilawahnya, pergaulannya, auratanya, dan semua aktivitasnya sesuai dengan aturan Allah Swt.
”Wahai orang-orang yang beriman, masuklah kamu semua ke dalam Islam secara menyeluruh (kaffah). Janganlah kalian mengikuti langkah-langkah setan. Sungguh, setan itu musuh yang nyata bagi kalian.” [QS. Al Baqarah: 208]
Amankan Ketakwaan Meski Sudah Tidak Ramadhan
Sahabat surga di manapun berada, Ramadhan pasti berlalu. Namun ketakwaan tidak boleh ikutan pergi. Cukuplah satu bulan Ramadhan menjadi wadah untuk menempah diri. Ketika ia pergi, ketakwaan kita telah terbentuk. Tugas kita berikutnya adalah menjaga dan terus berupaya meningkatkan takwa.
Caranya adalah dengan tetap dekat dengan Al Qur’an. Bahkan berupaya lebih akrab lagi. Tidak hanya sekadar membaca, tetapi juga memahami maknanya. Kemudian mengamalkannya dan memviralkannya (dakwah).
Ketika Ramadhan, vibes takwa sangat kental. Semua sevibrasi, berlomba-lomba dalam ketaatan. Tapi seusai ramadahan, biasanya tantangan mulai datang. Sebab vibesnya tak lagi sama. Kemaksiatan kembali menjamur di mana-mana. Maka kita tidak mungkin bisa bertahan dalam kesendirian.
Ya, kita butuh pertemanan dan lingkungan yang kondusif untuk menjaga ketakwaan. Kita juga butuh mentor untuk membimbing kita agar tidak salah arah dalam mendaki takwa. Intinya, jangan sendiri. Sip, ya!
”Sekeruh-keruhnya hidup berjamaah jauh lebih baik daripada beningnya hidup sendiri.” [Ali bin Abi Thalib]
Rasulullah Saw. Bersabda:
”Barang siapa memisahkan diri dari jamaah satu jengkal saja, maka sungguh dia telah melepaskan tali Islam dari lehernya.” [HR. Bukhori]
Sumber:
Rahmad Taher
Komentari Tulisan Ini
Tulisan Lainnya
Sibuklah Mengurusi Kekurangan Diri
Apakah kita sadar dengan kekurangan diri, tetapi memilih untuk mengabaikannya? Inilah salah satu musibah terbesar bagi seorang hamba! Abdullah bin Al-Mubarak rahimahullah meng
Fakta Mengenai Makam Nabi Muhammad SAW
Belum banyak yang tahu kalau makam Nabi Muhammad merupakan makam dengan lapisan segel paling ketat di dunia. Mari kita bahas Nabi Muhammad wafat di rumah Aisyah dan dimakamkan persis
Haruskah kita merayakan Hari Pria Internasional? Sejarah, Kontroversi, dan Maknanya
Setiap Tahun Pada Tanggal 19 November, Hari Pria Internasional (HPI) Dirayakan Di Seluruh Dunia. Banyak orang akan bertanya-tanya mengapa pria perlu merayakan hari kesadaran ke
Hari Pelajar Internasional
Hari Pelajar Internasional diperingati pada tanggal 17 November. Pada hari ini, kita mengenang keberanian ribuan pelajar di Praha yang berjuang demi kebanggaan nasional dan hak atas p
Kisah Juraij, Ahli Ibadah yang Justru Durhaka kepada Ibunya
Kisah Juraij merupakan cerita yang sarat akan pelajaran berharga tentang hubungan antara seorang anak dan orang tuanya. Juraij, seorang ahli ibadah yang hidup pada masa Bani Israil, ter
Kisah Urwah bin Zubair yang Membuat Kita Semakin Tabah Menjalani Hidup
Hisyam, putra Urwah bin Zubair meriwayatkan bahwa pada suatu hari ayahnya pergi mendatangi Al Walid bin Abdil Malik. Ketika sampai di Wadil Qura, dia merasakan rasa nyeri di kakinya. Ke
Al-Khawarizmi: Bapak Matematika Dunia dan Penemu Angka Nol
Muhammad bin Musa Al-Khawarizmi, lahir sekitar tahun 780 M di Khawarizm (sekarang Uzbekistan), adalah salah satu ilmuwan Muslim paling berpengaruh di dunia. Karyanya mencakup bidang mat
Pelajaran dari Luqmanul Hakim kepada Anaknya
Luqmanul Hakim merupakan salah satu sosok yang namanya diabadikan dalam Al-Quran karena kebijaksanaannya yang luar biasa. Ia bukan seorang nabi, namun Allah SWT menganugerahkan kepadany
Di Balik Sosok Khalid bin Walid yang Kebal Terhadap Racun
Khalid bin Walid adalah salah satu tokoh besar dalam sejarah Islam yang dikenal karena kegigihannya di medan perang. Ia diberi julukan Saifullah atau Pedang Allah oleh Nabi Muhammad SAW
Hari Palang Merah Indonesia, 3 September atau 17 September?
Kawula Muda, ada yang bisa bedainnya? Hari Palang Merah Indonesia (PMI) diperingati setiap 3 September. Tapi, enggak hanya 3 September, 17 September juga dirayakan sebagai Hari Pal